Strategi Sederhana dalam Berjualan - Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan brand awareness bisnis.
Beberapa di antara kita mungkin akan langsung terbayang dengan berbagai strategi marketing rumit. Contohnya saja seperti menjalankan Pay Per Click Marketing dengan teknik targeting, retargeting, A/B Testing dan lain-lain.
Beberapa di antara kita bahkan mungkin berpikir bahwa bisnis akan mudah dikenal apabila iklannya ada di mana-mana. Asumsi ini berjalan lurus dengan perkataan "Jika Punya Bisnis, Harus Siap Siap Bakar Uang".
Tapi apakah benar demikian?. Faktanya kita bisa meningkatkan brand awareness ini dengan cara yang sederhana. Yakni dengan menerapkan strategi word of mouth marketing.
Apa itu word of mouth marketing?. Didapatkan dari Investopedia, word of mouth adalah keadaan saat minat konsumen terhadap produk atau jasa tertentu di bawanya dalam dialog sehari-hari.
Simplenya, word of mouth marketing adalah strategi marketing yang berusaha untuk menjadikan sebuah produk atau jasa selalu diingat, bahkan dalam percakapan sehari-hari pelanggan. Apa keuntungannya?.
Word of mouth akan memberikan kamu banyak keuntungan. 3 di antaranya adalah;
- Mampu meningkatkan kepercayaan bisnis di mata pelanggan.
- Brand awareness dapat meningkat setidaknya hingga level brand recall.
- Membantu kamu untuk menghemat lebih banyak biaya promosi.
Lalu bagaimana cara kita untuk bisa menerapkan strategi word of mouth marketing?.
Kita bisa melakukannya dengan berbagai cara seperti membuat kampanye iklan yang emosional, menggunakan jasa influencer, membuat acara komunitas, meminta feedback atau testimoni pelanggan dan lain-lain.
Tapi, tahukah kamu bahwa sejatinya kita bisa menjalankan word of mouth marketing dengan cara yang paling basic, yakni melatih komunikasi dengan pelanggan jauh lebih responsif-informatif, dan ramah.
Mimin akan menjelaskannya lengkap beserta dengan contoh cerita, jadi simak baik-baik ya!.
Strategi Sederhana dalam Berjualan: Komunikasi Responsif-Informatif, dan Ramah.
Suatu hari mimin bersama dengan Istri membeli buah di 2 tempat. Anggap saja 2 tempat tersebut Tempat A dan Tempat B.
Di tempat A kami ingin membeli mangga dan pepaya. Sebagai orang yang tidak ahli buah tentu saja kami kesusahan dalam memilih buah mangga dan pepaya terbaik.
Beruntungnya, penjual yang ada di tempat A menjelaskan tentang buah mangga dan pepaya yang ia jual. Ia bahkan menjelaskannya jauh sebelum kita ingin bertanya tentang jenis mangga apa ini, berapa harganya dan lain-lain.
Dari keterangan yang ia berikan, kita berdua mendapatkan ilmu tentang perbedaan antara buah mangga yang matang di pohon dan buah mangga yang matang karena diperam.
Tentu saja kami berdua senang mendengar penjelasan penjual ini. Kami pun membeli 1 KG mangga. Untuk pepaya, ia juga menyarankan kami untuk memilih yang sudah ia carikan. Dan wow, pilihannya terbaik!.
Tidak puas dengan dua jenis buah, kami ingin menambah belanjaan dengan buah Semangka. Kebetulan juga di Jogja, atau skala globalnya Indonesia sedang alami musim kemarau yang panjang dan jarang terjadi hujan.
Sayang, penjual tersebut mengatakan bahwa buah Semangka yang tersisa hanyalah buah Semangka yang belum matang. Jika dibeli pun warnanya tidak merah dan lebih dominan putih.
Melalui penjelasan penjual inilah waktu kita jadi terselamatkan dan bisa bergegas ke tempat B untuk membeli buah Semangka.
Berbeda jauh dari tempat A, di tempat B, penjual yang kami temui tidak memiliki cukup pengetahuan akan buah. Hal itu dapat terlihat dengan jelas, ketika kami bertanya manakah buah Semangka yang sekiranya sudah matang.
Ia hanya menjawab "Cari saja kak, sepertinya yang besar sudah matang". Jawaban yang kurang memuaskan, ditambah lagi penjual di tempat B jarang melemparkan senyum ramah yang biasanya ditujukan untuk pelanggan yang datang.
Situasinya pun saat itu hanya kamilah pelanggan yang datang. Apakah tidak ada effort lebih semisal menyarankan kami untuk membeli buah yang banyak mengandung air lain, seperti pir atau melon.
Nyatanya penjual tersebut hanya duduk diam di kasir sambil memainkan handphonenya.
Karena tidak mau membeli kucing di dalam karung, kami pun mencukupkan belanjaan dengan buah mangga dan pepaya sebelumnya dari tempat A.
Sepanjang perjalanan, mimin tidak berhenti mengomel dan berkata "Apaan, jualan kok kurang informatif, responsif, kurang ramah pula tuh, sibuk main handphone, kalau saya jadi pemilik tokonya, saya seleksi dulu karyawannya agar yang terpilih benar-benar orang yang paham atau suka dunia buah-buahan".
Dari kejadian inilah mimin belajar tentang bentuk komunikasi yang paling sederhana, yakni informatif-responsif dan ramah akan mempengaruhi keputusan pembelian yang besar dari pelanggan.
Hal yang sama sebenarnya juga berlaku untuk semua jenis produk. Jadi jangan pernah sama sekali remehkan kekuatan ilmu komunikasi ini ya!.
Catatan penting, ramah, informatif dan responsifnya penjual bukan bertujuan untuk caper dengan kita ya, mereka hanya ingin memuliakan penjual selayaknya Raja.
Catatan penting lainnya terkhusus untuk kita pembeli adalah sadar diri akan situasi yang ada. Jangan bertindak berlebihan dan terkesan mengemis pelayanan terbaik. Apalagi situasinya penjual sedang menghadapi banyak pembeli atau antrian yang padat.
Biasanya juga tingkat keramahtamahan penjual akan semakin berkurang mendekati jam tutup operasional bisnis.
Baca Juga: Perbedaan Reels vs Feed Instagram
Inilah penjelasan lengkap tentang strategi sederhana dalam berjualan. Ingin dapatkan insight terbaru lainnya?. Silahkan ikuti terus blog ini, atau kamu bisa follow Instagram mimin di @andrimarzaakhda.
Semoga bermanfaat.
Thx ilmunya. Pengusaha sejati pastinya memperhatikan attitude. Bisa jadi konsumen yang pertama kali datang membeli, tertarik kembali untuk membeli karena sikap ramah penjual walaupun mungkin jualannya tidak seistimewa dan semurah penjual sebelahnya
BalasHapusiya sepakat mimin kalau marketing alami alias word of mouth marketing itu emang strategi yang paling jempolan. Apalagi kalau marketer nya adalah emak-emak, makin nampol tuh. Dah mimin jangan ngomel-ngomel lagi ya hihi
BalasHapusSiaaap bun 🤣
HapusGitu yaa emang bener sih kalo penjual gak malu menyampaikan informasi dengan jujur pasti pembeli senang. Gaka da yg disembunyi2kan
BalasHapusBaru denger tentang mouth marketing. Tapi, kalau dipikir Strategi ini emang cukup bagus ya,. Efisien biaya. Terima kasih insight nya kak
BalasHapussaya pun termasuk orang yang kalau belanja tidak suka kalau petugasnya tidak ramah, auto pindah tempat atau kalau misalkan memang tempatnya nyaman buat belanja lengkap atau lainnya saya akan beritahu kepada mereka agar lebih ramah kepada pelanggan, at least senyum
BalasHapusNah sepaket
HapusDari kasus penjual buah A dan B, ada kemungkinan penjual A itu owner nya yang melayani langsung. Penjual B mungkin hanya pelayan yang menjaga kios buah (yang bahkan mungkin masih baru).
BalasHapusKesulitan owner pemilik usaha salah satunya memang mencari pelayan toko yang 'spec' nya mumpuni. Itu aku rasakan banget di toko aku, susah cari pelayan yang seperti itu. Ujung-ujungnya ya dapat pelayan fresh graduate yang belum punya banyak pengalaman, masih butuh belajar dan dibimbing.
Cari orang yang bisa melayani pelanggan full senyum, cerdas, punya pengetahuan mendalam tentang produk yang dijual, kalau bisa good looking, orang yang seperti itu biasanya udah punya usaha sendiri, nggak mau hanya jadi penjaga kios milik orang.
Memang gak mudah ya kak untuk mencari spek karyawan seperti itu. Solusinya mungkin pemberian pelatihan.
HapusMemang kita sebagai pelanggan ini mendapat perlakuan terbaik dari petugas atau owner yang menjual sebuah barang. Mungkin bisa belajar dari salah satu minimarket besar yang ketika ada orang masuk selalu mengucapkan salam
BalasHapus